Seseorang yang sedang melakukan multitasking dengan menelpon, mengecek HP, dan mengerjakan sesuatu di komputer.

Apa itu Multitasking? Efektif atau Justru Merugikan?

Siapa di antara kita yang nggak pengen jadi orang ambis yang bisa ngerjain semua hal dalam satu waktu? Multitasking sering banget dianggap sebagai kunci sukses buat jadi produktif. Tapi, bener nggak sih multitasking itu se-efektif yang kita kira? Yuk, kita bedah di artikel ini!

Apa itu Multitasking?

Multitasking artinya kemampuan untuk menjalankan beberapa tugas atau aktivitas secara bersamaan atau dalam waktu yang berdekatan. Menurut Christine Rosen, multitasking adalah singkatan dari upaya manusia untuk melakukan sebanyak mungkin hal secara bersamaan, secepat mungkin, dengan memanfaatkan kekuatan teknologi sebanyak mungkin. Secara sederhana, ini seperti mencoba melakukan banyak hal sekaligus.

Misalnya, sambil ngerjain laporan, kita juga mempersiapkan presentasi, sekaligus bales chat dari atasan. Kelihatan keren, kan?

Kemampuan multitasking sering dianggap sebagai kemampuan yang sangat berharga, terutama di era modern yang serba cepat ini. Orang yang bisa multitasking seringkali dipandang sebagai sosok yang efisien, produktif, dan serba bisa.

Ciri-Ciri Orang Multitasking

Suka “Nyelam Sambil Minum Air”

Istilah ini cocok banget buat menggambarkan seorang multitasker. Mereka bisa ngerjain beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Contohnya, sambil meeting online, mereka juga bales chat atau scroll media sosial. Mereka juga biasanya lincah banget dalam berpindah-pindah antara tugas yang berbeda. Lagi ngerjain laporan, tiba-tiba kepikiran ide buat postingan media sosial, langsung deh dikerjain juga.

Banyak “Tab” yang Terbuka

Kalau buka laptop atau komputer, biasanya seorang multitasker punya banyak banget tab yang terbuka di browsernya. Dari email, media sosial, dokumen kerja, sampai berita online, semuanya ada!

“Checklist” Panjang

Seorang multitasker biasanya punya daftar tugas yang panjang banget. Mereka suka banget bikin checklist dan berusaha menyelesaikan semuanya secepat mungkin.

Sering Lupa dan Gampang Stres

Karena terlalu banyak yang dikerjakan, seorang multitasker seringkali lupa dengan hal-hal kecil. Misalnya, lupa naruh kunci, lupa janji, atau lupa deadline tugas. Terus, multitasking juga bisa bikin seseorang jadi lebih gampang stres. Karena terlalu banyak yang dipikirkan dan dikerjakan, otak jadi tegang dan akhirnya bikin stres.

Contoh Multitasking

  • Makan Sambil Nonton atau Baca Berita: Makan sambil nonton atau baca berita juga termasuk multitasking. Katanya sih biar hemat waktu.
  • Nyetir Sambil Dengerin Musik atau Podcast: Siapa yang sering nyetir sambil dengerin musik atau podcast? Nah, ini salah satu contoh multitasking yang umum banget kita temui.
  • Kerja di Depan Laptop Sambil Nonton atau Dengerin Musik: Banyak orang yang suka kerja sambil nonton atau dengerin musik. Katanya sih biar nggak sepi. Tapi, hati-hati ya, fokus kamu bisa kepecah!

Mitos dan Kekurangan Multitasking

“Am I being productive, or just active?” — Tim Ferriss.

Sayangnya, multitasking nggak seindah yang dibayangkan. Penelitian menunjukkan bahwa multitasking justru bikin produktivitas kita menurun. Kok bisa?

Otak Kita Nggak Didesain untuk Multitasking

Bayangin otak kita kayak processor komputer. Ia lebih optimal kalau fokus ngerjain satu tugas dulu sampai selesai, baru pindah ke tugas lain. Nah, kalau kita coba “maksa” otak buat ngerjain banyak tugas sekaligus, dia jadi bingung dan harus bolak-balik terus antara tugas-tugas itu. Proses “gonta-ganti” tugas ini yang bikin kita jadi lebih lambat dan gampang bikin kesalahan. Ibaratnya, komputer yang speknya pas-pasan dipaksa buka banyak aplikasi berat sekaligus, pasti ngelag dan akhirnya malah crash. Sama juga dengan otak kita.

Otak kita lebih efisien kalau fokus pada satu tugas. Ketika kita mencoba multitasking, otak kita harus bolak-balik antara tugas yang berbeda. Proses bolak-balik ini butuh waktu dan energi, dan ini bikin kita jadi lebih lambat, susah fokus, dan gampang bikin kesalahan. Pada akhirnya, multitasking justru menurunkan produktivitas dan kinerja secara keseluruhan.

Ilusi Produktivitas

Multitasking seringkali memberikan ilusi bahwa kita sedang produktif. Kita merasa produktif karena berhasil ngerjain banyak hal dalam satu waktu. Padahal, kenyataannya, kualitas kerja kita menurun dan waktu yang dibutuhkan buat nyelesaiin tiap tugas jadi lebih lama. Kita cuma sibuk, bukan produktif. Kayak lari maraton tapi nggak nyampe-nyampe garis finish karena disambi hal lain.

Peningkatan Stres

Multitasking dapat menyebabkan stres dan kelelahan mental. Ketika seseorang terus-menerus berpindah antara tugas-tugas yang berbeda, otaknya bisa menjadi tegang, kelelahan, overwhelmed, dan overstimulated. Belum lagi kalau ada deadline yang mepet. Akibatnya, kita jadi gampang panik, cemas, dan akhirnya stres. Stres yang berkepanjangan bisa berdampak buruk buat kesehatan fisik dan mental kita, lho! Jangan sampai multitasking malah bikin kita burnout.

Terus, Gimana Dong Biar Tetap Produktif?

Tenang, sobat produktif! Meskipun multitasking nggak efektif, ada kok cara lain yang bisa kita lakukan untuk tetap produktif:

Singletasking: Fokus Satu Tugas

Coba deh kerjain satu tugas dulu sampai benar-benar selesai, baru pindah ke tugas yang lain. Kalau kita benar-benar fokus, pikiran kita jadi lebih terarah dan kita bisa menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas.

Prinsip ini sesuai dengan pendapat Devora Zack dalam buku berjudul Singletasking (2015). Dengan melakukan singletasking, hidup kita akan menjadi jauh lebih efisien.

Skala Prioritas

Bikin daftar tugas yang perlu kamu kerjakan, lalu urutkan berdasarkan tingkat kepentingannya. Mana yang paling penting dan urgent, kerjain duluan! Dengan begini, kamu jadi lebih efektif dan nggak buang-buang waktu buat ngerjain hal yang kurang penting. Anggap saja ini kayak main game, ada main quest dan side quest. Selesaikan dulu main quest-nya biar cepet naik level!

Baca juga: Skala Prioritas: Pengertian, Contoh, dan Cara membuatnya

Manfaatkan Teknik Pomodoro

Untuk menjaga fokus dan kinerja kamu, kamu bisa mencoba teknik pomodoro. Caranya, bagi waktu kerja kamu jadi beberapa sesi, misalnya 25 menit kerja fokus, lalu 5 menit istirahat. Setelah 4 sesi kerja, istirahat lebih lama, sekitar 15-20 menit. Kamu juga bebas mengubah durasi waktu ini sesuai dengan preferensi dan ketahanan diri kamu, asal kamu tetap terapkan sikap disiplin. Teknik ini bisa membantu kita menjaga fokus dan menghindari kelelahan.

Istirahat yang Cukup

Singletasking bakal lebih efektif kalau dikombinasikan dengan istirahat yang teratur. Apapun pekerjaannya, kasih waktu buat otak dan tubuh buat recharge dulu sebelum lanjut lagi. Nggak cuma istirahat dari kerjaan fisik, penting juga buat ngambil jeda dari stres karena selalu harus siap sedia 24/7.

Coba mulai pelan-pelan, misalnya dengan nge-cut satu jam dalam seminggu buat diri sendiri, bebasin diri dari distraksi, dan manfaatin buat refleksi. Kalau kamu kerja di depan komputer seharian, jalan-jalan sebentar di luar bisa bikin pikiran lebih segar. Tapi kalau kamu kerja di lapangan atau di proyek konstruksi, duduk santai sebentar mungkin lebih cocok buat mengistirahatkan tubuh. Jangan pernah anggap remeh istirahat!

Kesimpulan

Multitasking itu cuma mitos, sobat produktif. Alih-alih bikin kita jadi lebih produktif, multitasking justru bikin kita jadi lebih lambat, kurang fokus, dan lebih stres.

Jadi, mulai sekarang, yuk fokus pada satu tugas dan hindari multitasking. Dengan begitu, kita bisa jadi lebih produktif dan sukses!

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *